PUNCAK POPULER — Perusahaan pelapis kapal global Jotun resmi meluncurkan generasi terbaru Hull Performance Solutions 2.0 (HPS 2.0) pada pameran Nor-Shipping 2025 di Oslo, Norwegia, serta di Singapura bersama mitra utama dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Produk ini menghadirkan teknologi pelapis lambung kapal terbarukan yang dirancang berbasis kebutuhan rute dan operasional melalui konsep Tailored to trade™.
Peluncuran HPS 2.0 menjadi langkah strategis bagi Jotun untuk memperkuat dukungan terhadap industri maritim Indonesia, salah satu pasar terbesar di Asia Tenggara.
Sebagai negara kepulauan dengan ribuan kapal yang menjadi tulang punggung logistik nasional, efisiensi bahan bakar dan pengurangan emisi menjadi kebutuhan mendesak sektor pelayaran.
Jotun yang kini menguasai lebih dari 30 persen pangsa pasar pelapis kapal nasional menegaskan komitmennya untuk meningkatkan daya saing armada Tanah Air.
“Peluncuran HPS 2.0 adalah bukti komitmen Jotun terhadap Clean Shipping dan inovasi berkelanjutan sejak 1926,” ujar Morten Sten Johansen, Global Category Director Hull Performance Jotun dalam siaran persnya, Rabu (19/11).
Ia menegaskan bahwa solusi baru ini menggabungkan teknologi unggulan, layanan profesional, analisis data, serta jaminan kinerja yang transparan untuk menjawab kebutuhan operator kapal yang semakin kompleks.
Teknologi Antifouling Sesuai Rute Kapal
Teknologi antifouling menjadi fokus utama HPS 2.0. Pelapis dirancang untuk mencegah pertumbuhan organisme laut seperti alga dan teritip yang dapat memperlambat kapal dan meningkatkan konsumsi bahan bakar.
Jotun menawarkan tiga pilihan utama sesuai karakter perdagangan kapal:
- SeaQuantum X200 – untuk rute yang terprediksi. Produk ini memiliki rekam jejak 15 tahun dan diaplikasikan pada hampir 2.000 kapal jarak jauh. Verifikasi Det Norske Veritas (DNV) menunjukkan penurunan kecepatan rata-rata hanya 1,0 persen, sesuai standar ISO 19030.
- SeaQuantum XT – untuk rute dengan risiko biofouling tinggi, menggunakan teknologi paten Acticore™ dan paket biocide berperforma tinggi.
- SeaQuest Endura II – untuk rute tidak terprediksi, menggunakan teknologi Flexcure™ yang menghasilkan permukaan lebih halus dan daya tahan perbaikan lebih lama.
Johansen menegaskan bahwa efektivitas antifouling bergantung pada kondisi laut, rute pelayaran, dan prediktabilitas operasi. Pendekatan khusus seperti HPS 2.0 dinilai mampu memberikan efisiensi maksimal.
Teknologi Pelapis Anti-Emisi Jotun
Jotun mengembangkan pelapis kapal berbasis teknologi ramah lingkungan yang mampu mengurangi hambatan hidrodinamis di lambung kapal. Dengan demikian, kapal bisa bergerak lebih efisien, sehingga konsumsi bahan bakar menurun.
Pelapis ini memiliki beberapa keunggulan utama:
-
Efisiensi Bahan Bakar – Klaim perusahaan menyebutkan bahwa penggunaan pelapis ini dapat mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 8–12% tergantung jenis kapal dan kondisi operasional.
-
Pengurangan Emisi CO₂ – Dengan bahan bakar lebih hemat, emisi karbon dioksida otomatis berkurang, membantu kapal memenuhi regulasi IMO 2020 dan target net-zero 2050.
-
Tahan Lama dan Anti-Korosi – Pelapis baru ini juga meningkatkan daya tahan lambung kapal terhadap korosi dan pertumbuhan organisme laut (fouling), sehingga mengurangi kebutuhan perawatan rutin.
-
Ramah Lingkungan – Tidak mengandung logam berat atau senyawa berbahaya, sehingga aman bagi ekosistem laut.
Manfaat bagi Industri Maritim
Penerapan teknologi pelapis ini memberi dampak signifikan bagi pemilik kapal dan operator:
- Pengurangan Biaya Operasional – Efisiensi bahan bakar dan minimnya perawatan membuat total biaya operasional menurun.
- Kepatuhan terhadap Regulasi – Mempermudah armada kapal memenuhi standar emisi global.
- Daya Saing Lebih Tinggi – Kapal dengan pelapis efisien lebih menarik bagi charterer yang peduli lingkungan dan biaya transportasi.
- Perawatan Lebih Mudah – Pelapis anti-fouling mengurangi frekuensi pembersihan lambung, sehingga waktu kapal di dermaga lebih efisien.
Sejumlah pelayaran internasional sudah menunjukkan minat pada teknologi ini, khususnya perusahaan yang memiliki armada besar dan fokus pada sustainability.
Inovasi Jotun dalam Konteks Global
Jotun bukanlah perusahaan pertama yang mengembangkan teknologi pelapis anti-emisi, tetapi pendekatan mereka menekankan kombinasi efisiensi, daya tahan, dan ramah lingkungan.
Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan akan solusi ramah lingkungan di sektor maritim meningkat, seiring meningkatnya kesadaran perusahaan terhadap isu climate change dan tekanan dari regulator. Teknologi seperti pelapis Jotun menjadi salah satu solusi yang lebih praktis dibandingkan perombakan mesin atau konversi bahan bakar, karena dapat diterapkan pada kapal yang sudah beroperasi.
Dukungan dan Uji Coba Lapangan
Jotun telah melakukan uji coba lapangan pada kapal-kapal komersial di Eropa dan Asia, dan hasil awal menunjukkan penurunan konsumsi bahan bakar rata-rata 10%.
Selain itu, perusahaan juga melakukan monitoring jangka panjang untuk memastikan ketahanan pelapis terhadap lingkungan laut yang agresif, termasuk suhu air tinggi, garam, dan organisme laut. Hasilnya menunjukkan daya tahan pelapis tetap optimal hingga 5–7 tahun sebelum perlu aplikasi ulang.
Uji coba ini penting agar armada kapal dapat merencanakan maintenance secara efisien dan meminimalkan downtime.
Tren Green Shipping
Peluncuran teknologi ini sejalan dengan tren green shipping yang sedang berkembang secara global. Beberapa langkah pemerintah dan organisasi internasional mendorong armada kapal:
- Mengurangi emisi sulfur, nitrogen, dan karbon dioksida.
- Mengadopsi bahan bakar rendah emisi seperti LNG, biofuel, dan hidrogen.
- Memanfaatkan teknologi efisiensi hull, propeller, dan pelapis anti-fouling.
Dengan kombinasi strategi ini, industri maritim berharap dapat mencapai target emisi global tanpa mengorbankan produktivitas dan profitabilitas.
Prospek Penerapan di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki armada kapal yang besar, mulai dari kapal niaga, feri, hingga kapal penumpang. Teknologi pelapis efisien seperti yang dikembangkan Jotun memiliki potensi besar untuk diadopsi, karena:
- Pengurangan Biaya BBM – Biaya bahan bakar menjadi pengeluaran terbesar bagi operator kapal domestik.
- Regulasi Lingkungan – Pemerintah Indonesia mulai mendorong standar emisi lebih ketat untuk pelayaran internasional dan domestik.
- Dukungan Ekonomi dan Pariwisata – Kapal feri dan kapal wisata bisa mengadopsi pelapis ini untuk operasi lebih ramah lingkungan.
Jika diterapkan luas, teknologi ini dapat mendukung Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi sektor transportasi laut sekaligus meningkatkan efisiensi industri maritim nasional.
