PUNCAK POPULER — Seorang siswa SMPN 19 Tangerang Selatan berinisial R (13) diduga menjadi korban perundungan hingga akhirnya meninggal dunia setelah sempat koma selama beberapa hari di rumah sakit. Kasus ini memicu keprihatinan luas dari masyarakat serta mendorong aparat dan sekolah untuk melakukan penyelidikan mendalam.
Menurut keterangan keluarga, R mulai menunjukkan tanda-tanda kondisi fisik yang memburuk setelah pulang dari sekolah pada akhir pekan lalu. Ia mengeluhkan sakit di bagian kepala dan tubuh yang diduga akibat kekerasan fisik. Keluarga kemudian membawa R ke rumah sakit, namun kondisinya terus menurun hingga akhirnya dinyatakan koma.
Pihak keluarga menyebut bahwa R sempat bercerita mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari sejumlah teman sekolahnya. “Anak kami pernah mengatakan bahwa dia sering diejek dan dipukul. Kami sudah berusaha menanyakan ke pihak sekolah, tapi belum mendapat penjelasan,” ujar salah satu anggota keluarga.
Pihak Sekolah Lakukan Penelusuran Internal
SMPN 19 Tangerang Selatan melalui pernyataan resmi menyampaikan rasa duka cita mendalam dan memastikan akan bekerja sama dengan pihak kepolisian. Kepala sekolah menyebut bahwa pihaknya telah memulai penelusuran internal untuk mengetahui apakah kejadian ini terkait aktivitas perundungan di lingkungan sekolah.
“Kami mendukung penuh proses hukum. Bila terbukti ada keterlibatan siswa lain, maka akan ada tindakan tegas sesuai aturan,” ungkap perwakilan sekolah.
Polisi Bentuk Tim Khusus
Polres Tangerang Selatan telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki penyebab kematian R. Penyidik mulai memeriksa saksi-saksi, termasuk teman sekelas, guru, dan warga sekitar sekolah. Polisi juga menunggu hasil autopsi guna memastikan dugaan kekerasan fisik.
“Kami mengusut kasus ini secara menyeluruh. Setiap bentuk kekerasan terhadap anak adalah tindak pidana yang harus diproses sesuai hukum,” kata Kapolres Tangsel.
Reaksi dari Pemerhati Anak
Aktivis perlindungan anak menilai kasus ini menjadi pengingat serius bahwa budaya bullying masih menjadi problem akut di sekolah-sekolah. Mereka mendesak pemerintah kota Tangsel untuk memperketat sistem pengawasan dan menyediakan mekanisme pelaporan yang aman bagi siswa.
“Bullying bukan lagi hal sepele. Dampaknya bisa fatal, seperti yang terjadi pada kasus ini. Sekolah harus memiliki SOP yang jelas untuk pencegahan dan penanganan,” ujar salah satu pemerhati anak.
Keluarga Harapkan Keadilan
Keluarga korban berharap penyelidikan berjalan transparan dan para pelaku, bila terbukti melakukan kekerasan, mendapatkan sanksi sesuai hukum. Mereka juga mengharapkan perhatian pemerintah daerah untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang.
“Kami kehilangan anak kami. Yang kami inginkan hanya keadilan dan jaminan bahwa tidak ada anak lain yang mengalami hal seperti ini,” tutup keluarga.
