PUNCAK POPULER — saat masih memiliki BCA, sempat menjalin kesepakatan untuk membeli 19% saham Bank Danamon pada 1997. Pada saat bersamaan, BCA diterpa penarikan dana masyarakat karena desas-desus meninggalnya Om Liem (Sudono Salim). Om Liem langsung tampil untuk memberikan penjelasan atas isu tersebut. Dua peristiwa itu direkam oleh Bisnis Indonesia edisi Sabtu, 15 November 1997.
Latar Belakang dan Sejarah Kepemilikan
-
Asal-usul BCA di Grup Salim
-
Bank Central Asia (BCA) merupakan salah satu perniagaan penting Grup Salim. Sudono Salim (Liem Sioe Liong) adalah tokoh sentral di balik BCA.
-
Di era 1990-an, BCA berkembang pesat dan menjadi bank swasta besar di Indonesia.
-
Pada November 1997, beredar kabar burung di Medan bahwa Liem Sioe Liong (pengendali BCA) meninggal dan bahwa cabang BCA di Singapura ditutup. Rumor tersebut memicu ketakutan nasabah: terjadi penarikan dana besar-besaran (bank run/rush) yang diperkirakan mencapai Rp 500 miliar. Untuk meredam kepanikan, Liem kemudian muncul di publik, menyatakan bahwa ia sehat, dan berusaha menenangkan nasabah.
-
-
Akuisisi 19% Saham Danamon oleh Salim Group
-
Di momen yang sama dengan isu kematian Liem, anaknya, Anthony Salim, menyepakati pembelian 19% saham Bank Danamon.
-
Transaksi ini bukan sekadar investasi pasif: Salim menyatakan ini sebagai bagian konsolidasi jangka panjang, bukan merger langsung dengan BCA.
-
Anthony menegaskan investasi ini bersifat strategis, dan bukan untuk menggabungkan Danamon dengan BCA.
-
Alasan Strategis di Balik Langkah Salim
Proteksi Reputasi dan Kepercayaan Nasabah
Dengan isu besar seperti rumor kematian Liem dan rush nasabah, Salim Group butuh langkah stabilisasi untuk menjaga citra BCA dan menenangkan pasar. Akuisisi di Danamon bisa menjadi sinyal bahwa Salim tetap aktif dan punya kapasitas finansial besar.Diversifikasi Bisnis Perbankan
Mengambil porsi di Danamon memberi Salim exposure ke bank lain — sekaligus mengurangi risiko terlalu terkonsentrasi hanya di BCA di tengah guncangan krisis moneter.Strategi Jangka Panjang
Sesuai pernyataan Anthony, transaksi Danamon adalah bagian dari “strategic alliance” jangka panjang, bukan aksi spekulatif jangka pendek.
Implikasi Krisis Moneter 1997–1998
-
Krisis moneter Asia 1997 sangat mempengaruhi sistem perbankan Indonesia. BCA, meskipun kuat, tidak kebal dari rumor dan panik nasabah.
-
Karena tekanan likuiditas dan kepemilikan terkait krisis, BCA akhirnya diambil alih oleh negara melalui BPPN.
-
Kepemilikan Salim di BCA pun berubah karena restrukturisasi, dan kemudian BCA berpindah ke pemegang mayoritas baru setelah krisis.
Pengaruh Jangka Panjang dan Nilai Bisnis
Langkah membeli saham Danamon terasa sebagai upaya perkuatan industri perbankan Salim dan manuver strategis untuk menjaga pengaruh di sektor perbankan di tengah gejolak besar.
Aksi ini turut melambangkan kedewasaan strategi bisnis Salim: saat banyak ketidakpastian, mereka tidak hanya menyelamatkan citra tetapi juga memperluas sayap investasi.
Dari sisi narasi publik, tindakan ini sekaligus sebagai “respon kredibel” terhadap rumor krusial yang bisa menggoyahkan kepercayaan nasabah BCA.
Analisis Risiko & Kritik
-
Risiko Keuangan: Membeli 19% Danamon dalam kondisi krisis tentu penuh risiko — terutama jika likuiditas perbankan melemah.
-
Isu Kepercayaan Publik: Meski langkah ini dapat meredakan kepanikan, tidak mudah meyakinkan semua nasabah bahwa risiko telah reda sepenuhnya.
-
Ketergantungan Politik dan Ekonomi: Keterikatan grup konglomerasi seperti Salim dalam perbankan nasional menghadapi risiko regulasi, terutama dalam periode krisis sistemik.
Kesimpulan
Transaksi 19% Danamon oleh Salim adalah bagian dari strategi besar untuk menghadapi krisis perbankan, sekaligus menjaga reputasi BCA di mata publik.
Momen tersebut tidak bisa dilepaskan dari isu “rush di BCA” akibat rumor kematian Liem Sioe Liong — langkah Salim merupakan manuver penting untuk menstabilkan keadaan.
Dalam skala jangka panjang, ini menunjukkan visi bisnis Salim yang lebih dari sekadar spekulasi: membangun dan mempertahankan kekuatan di sektor perbankan meskipun di tengah krisis besar.
