Puncak Populer — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan komitmennya dalam mendorong kemandirian teknologi Indonesia. Langkah ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan daya saing, memperkuat inovasi lokal, dan mengurangi ketergantungan pada teknologi asing di berbagai sektor strategis, termasuk pertahanan, energi, kesehatan, dan industri manufaktur.
BRIN menekankan pentingnya riset dan pengembangan (R&D) berbasis sumber daya manusia lokal. Kepala BRIN, Dr. Agus Santoso, menyatakan bahwa penguatan kapasitas peneliti, laboratorium, dan fasilitas riset menjadi prioritas utama. Hal ini dilakukan untuk memastikan setiap teknologi yang dikembangkan dapat diandalkan dan mampu bersaing di tingkat global.
“Kemandirian teknologi dimulai dari kemampuan riset kita sendiri. Peneliti dan inovator lokal harus menjadi penggerak utama dalam menciptakan solusi teknologi yang relevan dengan kebutuhan nasional,” ujar Dr. Agus Santoso dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (20/12/2025).
BRIN juga mendorong kolaborasi lintas lembaga, termasuk perguruan tinggi, BUMN, dan sektor swasta, untuk mempercepat pengembangan teknologi. Kerja sama ini mencakup penelitian bersama, transfer teknologi, dan pendampingan komersialisasi inovasi. Dengan demikian, teknologi yang dihasilkan tidak hanya berhenti pada tahap prototipe, tetapi siap diterapkan secara industri.
“Kolaborasi memperkuat ekosistem inovasi. Sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri akan memastikan riset yang kami lakukan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan ekonomi,” jelas Dr. Agus.
BRIN menekankan pengembangan teknologi strategis di berbagai sektor. Di sektor pertahanan, riset difokuskan pada alutsista modern, sistem komunikasi canggih, dan keamanan siber. Sektor energi diarahkan pada teknologi energi terbarukan, efisiensi energi, dan penyimpanan energi canggih. Sementara itu, sektor kesehatan mendapatkan prioritas melalui inovasi alat medis, vaksin, dan teknologi laboratorium mutakhir.
“Dengan memfokuskan riset pada sektor strategis, kita dapat meningkatkan kemandirian nasional sekaligus menyiapkan Indonesia menghadapi tantangan global,” ujar Kepala BRIN.
BRIN terus meningkatkan infrastruktur penelitian, termasuk pembangunan laboratorium canggih, fasilitas uji coba, dan pusat inovasi digital. Infrastruktur ini mendukung pengembangan prototipe, simulasi teknologi, dan validasi produk sebelum diterapkan secara industri. Selain itu, BRIN mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital untuk mempercepat proses penelitian dan pengolahan data.
“Infrastruktur yang memadai menjadi fondasi untuk riset berkualitas. Tanpa fasilitas yang lengkap, inovasi sulit diwujudkan,” ungkap Dr. Agus Santoso.
Selain infrastruktur, BRIN menekankan pengembangan kompetensi sumber daya manusia. Program pelatihan, beasiswa penelitian, dan pertukaran ilmuwan menjadi langkah strategis untuk membangun generasi peneliti yang kompeten. Hal ini juga mendorong lahirnya inovasi berbasis kebutuhan nasional dan menciptakan solusi teknologi yang relevan.
“SDM yang unggul adalah kunci keberhasilan kemandirian teknologi. Tanpa peneliti dan inovator yang kompeten, teknologi lokal sulit bersaing,” jelas Dr. Agus.
BRIN tidak hanya fokus pada pengembangan teknologi, tetapi juga pada hilirisasi dan komersialisasi hasil riset. Program ini bertujuan agar teknologi yang dikembangkan dapat diadopsi industri dan pasar secara cepat. BRIN bekerja sama dengan startup teknologi, perusahaan BUMN, dan investor untuk membawa inovasi dari laboratorium ke pasar.
“Tujuan akhir riset adalah memberi manfaat nyata. Hilirisasi teknologi memastikan inovasi kita dapat digunakan secara luas dan mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Dr. Agus Santoso.
Kemandirian teknologi menghadapi tantangan seperti keterbatasan pendanaan, akses bahan baku, dan persaingan global. BRIN menanggapi hal ini dengan strategi prioritas proyek, efisiensi anggaran, serta penguatan regulasi dan insentif untuk inovator lokal. Pendekatan ini diharapkan mempercepat pengembangan teknologi nasional yang andal dan berkelanjutan.
“Kami menyadari tantangan global sangat besar, tetapi dengan perencanaan matang dan dukungan semua pihak, kemandirian teknologi Indonesia bisa tercapai,” ujar Dr. Agus.
Dengan komitmen pada kemandirian teknologi, Indonesia diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor, memperkuat pertahanan, meningkatkan efisiensi industri, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi. Selain itu, teknologi lokal yang kompetitif juga dapat membuka peluang ekspor dan meningkatkan reputasi Indonesia di kancah global.
“Kemandirian teknologi bukan hanya soal prestise, tetapi soal kedaulatan nasional, kesejahteraan masyarakat, dan keberlanjutan ekonomi,” jelas Kepala BRIN.
BRIN menegaskan kemandirian teknologi sebagai prioritas strategis nasional. Melalui riset dan inovasi lokal, kolaborasi lintas lembaga, fokus pada sektor strategis, penguatan infrastruktur dan SDM, serta hilirisasi teknologi, Indonesia dapat mengembangkan solusi teknologi yang andal, mandiri, dan kompetitif di tingkat global. Komitmen ini tidak hanya memperkuat daya saing nasional, tetapi juga mendukung kedaulatan, keamanan, dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
