Bisnis Asuransi Properti Tetep Kokoh Saat Ekonomi Lesu

Bisnis Asuransi Properti Tetep Kokoh Saat Ekonomi Lesu

PUNCAK POPULER — Meskipun ekonomi global dan domestik menghadapi tekanan, bisnis asuransi properti di Indonesia menunjukkan ketahanan yang mengejutkan. Beberapa indikator dan data dari OJK dan pemain industri asuransi mengungkap bahwa segmen asuransi harta benda (property insurance) tetap stabil dan bahkan tumbuh di beberapa lini tertentu. Berikut analisis lengkap mengenai mengapa asuransi properti tetap kokoh, meski kondisi makroekonomi tidak sepenuhnya kondusif.

Kondisi Industri Saat Ini & Data Kinerja

  1. Pertumbuhan Aset Asuransi Umum dan Reasuransi

    • Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan bahwa aset industri asuransi umum dan reasuransi akan tumbuh 8–10% pada tahun 2025.

    • Pertumbuhan aset ini mencerminkan fondasi keuangan yang masih kuat di sektor asuransi, meskipun banyak lini mengalami tekanan.

    • Pendapatan Premi Asuransi Properti Mulai Bangkit

    • Menurut data OJK per April 2025, premi lini usaha asuransi harta benda (properti) mencapai Rp 18,2 triliun, tumbuh 9,08% YoY.

    • Porsi asuransi properti dalam total premi asuransi umum cukup besar; Ogi Prastomiyono (OJK) menyebut bahwa harta benda mendominasi dengan porsi sekitar 32,59% dari total premi.

    • Hingga Agustus 2025, OJK mencatat bahwa pendapatan premi asuransi harta benda mencapai sekitar Rp 23 triliun, naik 7,2% YoY.

  2. Penurunan Klaim Asuransi Properti

    • Data OJK menunjukkan klaim dari lini asuransi properti menurun menjadi Rp 4,8 triliun per Agustus 2025, turun 6,2% YoY.

    • Penurunan klaim ini membantu memperkuat profitabilitas perusahaan asuransi karena beban klaim lebih terkendali.

  3. Kinerja Spesifik Perusahaan Asuransi

    • Tugu Insurance: Mereka mencatat pertumbuhan premi KPR (Kredit Pemilikan Rumah) sebesar 55% di Q1 2025, meski industri secara umum mencatat penurunan.

    • Lebih lanjut, Tugu Insurance menyatakan pendapatan premi dari asuransi properti (bukan hanya KPR) tumbuh 13% per Mei 2025 dibanding periode sama tahun lalu.

    • Selain itu, Tugu berhasil menurunkan rasio klaim properti mereka, menandakan underwriting dan manajemen risiko yang efektif.

    • Sementara itu, PT Asuransi Wahana Tata (Aswata) melaporkan premi properti menurun sekitar 3% di kuartal I 2025.

    • Menurut Aswata, portofolio segmen properti komersial dan industri masih mendominasi porsi premi, dan segmen ini dianggap lebih tahan guncangan ekonomi karena pemilik aset bernilai besar tetap membutuhkan perlindungan.

  4. Penurunan Premi Sebelumnya & Pemulihan

    • Meskipun Q1 2025 mencatat penurunan premi properti secara YoY (mencatat penurunan oleh AAUI), data menunjukkan pemulihan dari sisi industri

    • AAUI mengonfirmasi kontraksi premi properti sebesar 14,1% YoY di kuartal I 2025 (Rp 7,80 triliun dibanding tahun sebelumnya).

    • Penyebab kontraksi tersebut menurut AAUI antara lain ketidakpastian ekonomi global yang memaksa korporasi melakukan efisiensi, termasuk pembatasan asuransi aset.

Faktor Penguat Ketahanan Bisnis Asuransi Properti

Berdasarkan analisis pakar dan data industri, berikut faktor-faktor yang menjelaskan mengapa asuransi properti mampu tetap kokoh meski ekonomi lesu:

  1. Stabilitas Sektor Properti

    • Prediksi dari beberapa lembaga menunjukkan sektor properti masih akan tumbuh stabil di 2025. Misalnya, pernyataan dari AGRA bahwa kontribusi properti ke PDB diperkirakan meningkat.

    • Karena asuransi properti sangat terkait dengan nilai aset, pertumbuhan properti meski perlahan tetap menjadi fondasi bagi permintaan asuransi harta benda.

  2. Program Rumah Subsidi sebagai Katalis

    • Program rumah subsidi yang digagas pemerintah menjadi pendorong baru bagi asuransi properti.

    • Pengamat menyebut bahwa asuransi mikro bisa dikembangkan untuk rumah subsidi, termasuk proteksi dasar untuk rumah serta perlindungan terhadap bencana alam atau pencurian.

    • Dengan meningkatnya jumlah pemilik rumah subsidi, potensi premi properti juga bisa naik karena lebih banyak rumah yang diasuransikan.

  3. Underwriting Selektif & Manajemen Risiko

    • Beberapa perusahaan, seperti Tugu, menerapkan strategi underwriting yang sangat selektif terhadap kredit debitur dan kualitas aset properti untuk menekan risiko kerugian.

    • Penurunan klaim juga menunjukkan manajemen risiko yang baik – perusahaan asuransi bisa mengatur harga premi dan cakupan agar lebih menguntungkan dan lebih stabil.

  4. Efisiensi dan Digitalisasi Distribusi

    • Untuk menjangkau segmen rumah subsidi dan properti MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah), asuransi harus menghadirkan produk yang terjangkau dan proses klaim/pembelian polisi yang efisien.

    • Digitalisasi menjadi kunci: teknologi bisa mempercepat underwriting, memperluas jangkauan, dan menurunkan biaya operasional.

  5. Permintaan Asuransi dari Korporasi & Aset Besar

    • Meski ekonomi melemah, pemilik aset komersial dan industri besar masih sangat memperhatikan risiko. Aset bernilai tinggi (pabrik, gedung komersial) cenderung tetap diasuransikan karena potensi kerugian besar jika terjadi risiko seperti kebakaran, bencana alam, atau kerusakan aset.

    • Karena segmen ini memberikan premi yang besar dan lebih stabil, asuransi properti korporasi menjadi pilar penting dalam menjaga pendapatan asuransi meski segmen ritel kecil menurun.

Tantangan yang Tetap Ada

Walaupun asuransi properti menunjukkan ketahanan, tidak berarti tanpa risiko:

  • Efek Pelemahan Ekonomi Global
    Tekanan ekonomi global bisa terus menekan industri, terutama jika korporasi dan pemilik aset memilih melakukan efisiensi atau menunda asuransi aset mereka.

  • Fluktuasi Klaim
    Risiko bencana alam (banjir, gempa, kebakaran) tetap menjadi ancaman besar. Jika terjadi peristiwa besar, beban klaim bisa melonjak.

  • Tingkat Underinsurance
    Beberapa pemilik properti mungkin tidak mengasuransikan seluruh nilai asetnya, atau hanya memilih cakupan minim demi menekan biaya premi. Ini bisa menjadi risiko jika kerusakan besar terjadi.

  • Persaingan dalam Menurunkan Harga Premi
    Untuk menarik nasabah, perusahaan asuransi mungkin bersaing menurunkan harga premi, tetapi itu bisa menggerus margin jika tak disertai underwriting yang disiplin.

  • Regulasi dan Modal
    Asuransi harus menjaga modal yang cukup (risk based capital) agar mampu menanggung klaim besar. Regulasi yang ketat dan kebutuhan modal bisa menjadi hambatan untuk ekspansi agresif.

Prospek dan Strategi Masa Depan

Melihat dari data dan analisis, berikut beberapa prediksi dan strategi yang mungkin diterapkan oleh para pelaku asuransi properti:

  1. Pengembangan Produk Mikro untuk Properti Subsidi
    Asuransi akan semakin fokus mengembangkan produk ringan dan terjangkau untuk rumah subsidi dan MBR, untuk menangkap segmen yang selama ini kurang tersentuh.

  2. Perluasan Distribusi Digital
    Perusahaan asuransi akan memperkuat kanal digital (aplikasi, platform online) untuk menjual polis properti dengan cepat dan efisien, serta mempermudah proses klaim.

  3. Penguatan Underwriting dan Penilaian Risiko
    Underwriting lebih selektif, termasuk penilaian kualitas kredit debitur, kondisi properti, dan potensi risiko lokal, akan menjadi prioritas agar perusahaan dapat mengelola portofolio risiko dengan lebih baik.

  4. Kolaborasi dengan Pemerintah & Sektor Properti
    Asuransi bisa bekerja sama dengan program pemerintah (seperti rumah subsidi) dan pengembang properti untuk menyertakan proteksi asuransi sejak awal, sehingga penetrasi bisa lebih tinggi.

  5. Diversifikasi Produk
    Asuransi tidak hanya akan berfokus pada properti residensial, tetapi juga memperkuat segmen komersial, industri, dan aset bernilai tinggi lainnya untuk menjaga aliran premi yang stabil.

  6. Manajemen Klaim Proaktif
    Upaya pencegahan risiko melalui inspeksi risiko, penilaian mitigasi bencana (misalnya analisis banjir), dan edukasi pemilik properti bisa mengurangi frekuensi klaim besar, sekaligus menjaga beban klaim tetap terukur.

By Delta

Related Post