Puncak Populer — merilis data terbaru mengenai perkembangan pasar properti residensial di wilayah Bali yang menunjukkan pertumbuhan indeks harga properti mencapai 1,08 persen pada periode terbaru. Angka ini mencerminkan tren positif bagi sektor properti di Pulau Dewata, terutama di tengah pemulihan ekonomi pascapandemi dan meningkatnya kembali aktivitas pariwisata. Pertumbuhan yang terjadi dinilai stabil dan terkendali, sekaligus menunjukkan bahwa Bali tetap menjadi pasar potensial bagi investor maupun masyarakat yang mencari hunian maupun aset investasi jangka panjang.
Bank Indonesia menilai pertumbuhan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor seperti meningkatnya permintaan rumah tapak, kembalinya pembeli dari pasar domestik dan internasional, serta kenaikan harga lahan dan biaya konstruksi. Meski tidak melonjak drastis, pertumbuhan yang moderat ini dinilai sehat bagi pasar properti di Bali karena mengurangi potensi spekulasi dan menjaga daya beli masyarakat tetap seimbang.
Peningkatan Permintaan Didukung Pemulihan Pariwisata
Salah satu pendorong utama pertumbuhan indeks harga properti di Bali adalah pulihnya sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Sejak pembatasan perjalanan mulai dilonggarkan, jumlah wisatawan domestik maupun internasional meningkat signifikan. Kondisi ini secara langsung memengaruhi sektor properti, terutama permintaan untuk hunian sewa, vila, dan rumah dengan akses dekat pusat wisata di Kabupaten Badung, Gianyar, Denpasar, hingga Tabanan.
Investor menilai pemulihan pariwisata membuka kembali peluang keuntungan dari penyewaan jangka pendek seperti villa rental, guest house, dan homestay. Tren pemulihan ini juga diperkuat oleh kehadiran pekerja remote global yang memilih menetap lebih lama di Bali setelah era kerja hybrid dan work from anywhere semakin diterima perusahaan internasional. Permintaan meningkat, harga naik, dan pergerakan pasar menjadi lebih aktif dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Stabilnya Akses Pembiayaan Perbankan
Pertumbuhan indeks harga properti di Bali juga ditopang oleh kebijakan perbankan yang masih mendukung sektor properti, terutama melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan bunga kompetitif. Bank Indonesia menilai perkembangan kredit untuk sektor properti masih berada dalam kategori sehat dengan tingkat non-performing loan (NPL) relatif rendah. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat kelas menengah mampu melakukan pembelian rumah melalui pembiayaan bank.
Selain itu, beberapa pengembang juga memberikan skema pembayaran yang lebih fleksibel untuk menarik pembeli, seperti uang muka ringan, cicilan langsung ke developer, serta promo pembelian tunai bertahap. Kombinasi promosi dari pengembang dan kebijakan perbankan yang akomodatif mendorong penyerapan unit hunian, terutama rumah tapak di lokasi-lokasi yang sudah memiliki akses infrastruktur memadai.
Distribusi Pertumbuhan Tidak Merata di Seluruh Bali
Meskipun indeks harga properti secara keseluruhan mencatat pertumbuhan 1,08 persen, BI mencatat bahwa tidak semua wilayah di Bali mengalami kenaikan signifikan. Kabupaten dan kota dengan aktivitas ekonomi serta pariwisata tinggi seperti Badung, Denpasar, dan Gianyar mencatat kenaikan harga lebih besar, terutama di wilayah dekat pusat kota dan kawasan wisata utama. Di sisi lain, kabupaten dengan aktivitas ekonomi lebih kecil masih mengalami pertumbuhan lebih lambat atau stagnan.
Namun, sejumlah daerah non-pariwisata juga mulai berkembang mengikuti pembangunan infrastruktur pemerintah seperti perluasan jalan, pengembangan kawasan baru, hingga rencana kerja sama investasi jangka panjang. Investor mulai melirik lahan yang masih lebih terjangkau di wilayah seperti Karangasem, Jembrana, dan sebagian wilayah Buleleng karena memiliki potensi pertumbuhan nilai dalam beberapa tahun ke depan.
Dukungan Infrastruktur Tingkatkan Daya Tarik Pasar
Kunci lain yang membuat pasar properti Bali tetap stabil adalah proyek pembangunan dan peningkatan infrastruktur yang terus berjalan. Sejumlah ruas jalan diperluas untuk mendukung arus logistik dan pariwisata, selain itu pemerintah masih mengkaji peluang penyediaan fasilitas transportasi modern untuk mendukung mobilitas wisatawan. Kehadiran infrastruktur yang lebih baik secara langsung menambah daya tarik kawasan karena mempermudah akses ke fasilitas publik dan pusat kegiatan ekonomi.
Pembangunan fasilitas pendukung seperti rumah sakit, sekolah internasional, destinasi wisata baru, dan area komersial membuat beberapa kawasan menjadi magnet baru bagi pembeli maupun investor. Faktor-faktor ini berkontribusi pada kestabilan kenaikan harga properti secara berkala tanpa memicu kenaikan berlebihan yang berpotensi menekan daya beli masyarakat.
Gaya Hidup Baru Pengaruhi Preferensi Hunian
Pandemi yang mengubah pola gaya hidup masyarakat membuat sebagian pembeli mengutamakan hunian yang nyaman, lebih luas, mendukung aktivitas bekerja dari rumah, dan memiliki akses lingkungan tenang. Tren ini membuat permintaan rumah berdikari atau vila dengan halaman lebih besar meningkat terutama di wilayah yang jauh dari keramaian kota namun tetap memiliki akses publik memadai. Bali dinilai memiliki karakteristik unik untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena menggabungkan budaya, alam, dan suasana yang menenangkan.
Hal inilah yang menyebabkan pasar properti Bali tetap bergerak bahkan pada saat kondisi ekonomi nasional melambat. Banyak pembeli yang memandang rumah di Bali bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga aset gaya hidup dan investasi jangka panjang yang dapat disewakan.
Prospek Pasar Properti Bali Tetap Positif
Melihat tren dan perkembangan data pasar, Bank Indonesia memperkirakan bahwa pasar properti Bali masih memiliki prospek positif dalam beberapa tahun mendatang. Dengan pertumbuhan yang stabil, permintaan yang terus meningkat, serta fundamental ekonomi daerah yang kembali membaik, pasar properti di Bali dinilai sehat dan tidak berada pada risiko gelembung harga.
Selama pelaku industri, pemerintah, dan perbankan mampu menjaga stabilitas pasar dan memberikan akses pembiayaan yang akomodatif, sektor properti diprediksi terus menjadi kontributor penting bagi ekonomi Bali. Pertumbuhan 1,08 persen yang tercatat saat ini menjadi sinyal permintaan yang tetap kuat dan pasar yang kembali kompetitif pascapandemi.
