Sen. Des 22nd, 2025

Libur Nataru Bali Sepi Wisatawan, Tiket Pesawat Hampir Sama Jakarta-Bangkok

Libur Nataru Bali Sepi Wisatawan, Tiket Pesawat Hampir Sama Jakarta-Bangkok

Puncak PopulerLibur Natal dan Tahun Baru (Nataru) biasanya menjadi momen puncak kunjungan wisatawan ke Bali. Namun, laporan terbaru menunjukkan kondisi berbeda pada Nataru 2025. Jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Dewata dilaporkan lebih sepi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, meski harga tiket pesawat domestik justru mendekati tarif penerbangan internasional, seperti rute Jakarta-Bangkok.

Penurunan Jumlah Wisatawan

Dinas Pariwisata Bali mencatat penurunan signifikan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara selama libur Nataru. Faktor utama yang diduga mempengaruhi kondisi ini antara lain tingginya harga tiket pesawat, biaya akomodasi yang melonjak, serta persepsi mahalnya biaya hidup selama di Bali.

“Kami memang melihat tren penurunan kunjungan dibanding Nataru 2024. Banyak wisatawan memilih destinasi alternatif yang lebih terjangkau,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Bali, I Gusti Ngurah Adnyana.

Harga Tiket Pesawat yang Mendekati Internasional

Harga tiket pesawat menuju Bali selama Nataru 2025 mengalami kenaikan signifikan. Dalam beberapa rute domestik, harga tiket hampir setara dengan penerbangan internasional, misalnya rute Jakarta-Bangkok. Kondisi ini membuat calon wisatawan berpikir dua kali sebelum memesan tiket, terutama keluarga dan pelancong dengan anggaran terbatas.

Menurut data travel aggregator, tiket pesawat Jakarta-Denpasar selama libur Nataru berkisar Rp3,5 juta hingga Rp4,5 juta sekali jalan, sedangkan harga rute internasional Jakarta-Bangkok berada di kisaran Rp4,2 juta. Selisih harga yang tipis membuat wisatawan mempertimbangkan kembali pilihan destinasi.

Faktor Biaya Akomodasi dan Hidup

Selain tiket pesawat, biaya akomodasi dan kebutuhan hidup selama liburan juga menjadi pertimbangan. Hotel, vila, dan homestay di Bali tercatat menaikkan tarif hingga 50–70% dibanding hari biasa. Sementara biaya makan, transportasi, dan aktivitas wisata cenderung lebih mahal di musim liburan.

“Bali tetap menarik, tapi biaya liburan di sini bisa membuat wisatawan enggan datang. Banyak yang akhirnya mencari alternatif lebih ekonomis,” jelas Eka Putri, pengamat pariwisata.

Tren Wisatawan Beralih ke Destinasi Alternatif

Fenomena sepinya wisatawan di Bali juga diiringi tren migrasi ke destinasi alternatif. Pulau-pulau di Nusa Tenggara, Jawa Timur, dan Sumatera mulai ramai diminati. Faktor harga yang lebih terjangkau dan pengalaman wisata yang tidak kalah menarik menjadi daya tarik tersendiri.

“Wisatawan domestik kini lebih cermat dalam memilih destinasi. Mereka mempertimbangkan biaya total, kenyamanan, dan pengalaman unik,” ujar Eka Putri.

Dampak terhadap Industri Pariwisata Bali

Penurunan kunjungan wisatawan berdampak langsung pada industri pariwisata Bali, termasuk hotel, restoran, transportasi, dan sektor pendukung lainnya. Beberapa pelaku usaha mengaku mengalami penurunan pendapatan dibandingkan Nataru tahun lalu.

“Biasanya Nataru adalah musim puncak. Tahun ini, okupansi hotel jauh lebih rendah, terutama untuk kelas menengah. Kami harus menyesuaikan strategi promosi dan paket harga,” ungkap Made Wijaya, pengelola hotel di Kuta.

Upaya Pemprov dan Pelaku Usaha

Pemerintah Provinsi Bali bersama pelaku industri pariwisata berupaya menarik wisatawan melalui promosi, diskon paket liburan, dan peningkatan protokol layanan. Strategi digital marketing melalui media sosial juga digenjot untuk menjangkau wisatawan domestik yang lebih muda.

“Kami mendorong inovasi promosi dan paket yang terjangkau agar tetap menarik wisatawan, meski harga tiket pesawat tinggi,” kata I Gusti Ngurah Adnyana.

Persepsi Wisatawan tentang Harga dan Nilai

Banyak wisatawan menilai bahwa kenaikan harga tiket dan akomodasi tidak selalu sepadan dengan pengalaman liburan yang mereka harapkan. Mereka cenderung membandingkan biaya dengan destinasi internasional atau domestik lain yang menawarkan nilai lebih baik.

“Kalau tiket domestik mendekati harga penerbangan internasional, wajar jika wisatawan mempertimbangkan untuk pergi ke luar negeri atau destinasi lain yang lebih ekonomis,” ujar Eka Putri.

Prediksi Tren Pasca Nataru

Meskipun libur Nataru tahun ini sepi, pelaku industri tetap optimis untuk tahun berikutnya. Analisis tren menunjukkan bahwa permintaan wisata ke Bali akan kembali meningkat, terutama jika harga tiket dan biaya akomodasi lebih terjangkau, serta promosi destinasi digencarkan.

“Bali tetap menjadi ikon pariwisata nasional. Tantangan saat ini bisa diatasi dengan strategi harga yang tepat, paket liburan menarik, dan kampanye promosi yang efektif,” jelas Made Wijaya.

Libur Nataru 2025 menunjukkan bahwa Bali mengalami penurunan kunjungan wisatawan akibat harga tiket pesawat yang tinggi, biaya akomodasi dan hidup yang melonjak, serta pergeseran minat wisatawan ke destinasi alternatif. Meski begitu, Bali tetap memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan, asalkan strategi harga dan promosi dikombinasikan dengan pengalaman wisata yang menarik dan terjangkau.

Pemerintah dan pelaku industri pariwisata perlu bersinergi untuk memastikan bahwa Bali tetap menjadi destinasi favorit, meski menghadapi tantangan biaya tinggi dan persaingan destinasi wisata lainnya. Strategi inovatif dan penyesuaian harga diyakini menjadi kunci agar Pulau Dewata kembali ramai dikunjungi di libur Nataru berikutnya.

By Delta

Related Post