Puncak Populer — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengumpulkan seluruh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dari berbagai provinsi di Indonesia dalam sebuah pertemuan penting di Surabaya. Agenda ini menjadi sorotan nasional karena dianggap sebagai salah satu konsolidasi terbesar NU dalam beberapa tahun terakhir.
Pertemuan tersebut digelar untuk menyamakan langkah organisasi, memperkuat strategi menghadapi tantangan kebangsaan, serta mempersiapkan program kerja besar NU di tahun mendatang. Surabaya dipilih sebagai lokasi karena memiliki nilai historis, mengingat Jawa Timur merupakan pusat perkembangan NU sejak awal berdiri.
Solidkan Struktur dan Arah Perjuangan NU
Gus Yahya menegaskan bahwa pertemuan ini bukan acara seremonial, melainkan konsolidasi serius untuk memperkuat manajemen organisasi dari pusat hingga daerah. Ia menyampaikan bahwa NU sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia tidak boleh berjalan tanpa strategi dan tujuan yang searah.
Dalam penyampaiannya, Gus Yahya menekankan pentingnya profesionalisme dan tata kelola organisasi modern yang tetap menjaga nilai-nilai ahlussunnah wal jamaah yang menjadi napas perjuangan NU. Selain itu, ia mengingatkan bahwa setiap pengurus wilayah harus menjadi garda terdepan dalam menjawab kebutuhan umat di daerah masing-masing.
Bahas Tantangan Baru Umat dan Bangsa
Pertemuan ini juga membahas sejumlah tantangan nasional mulai dari perkembangan politik, sosial, hingga perubahan global yang berdampak langsung pada kehidupan umat. NU dengan basis jamaah yang besar diharapkan mampu menjadi penyejuk dan penengah di tengah dinamika sosial yang semakin kompleks.
Gus Yahya menegaskan bahwa globalisasi, penetrasi teknologi, dan perubahan pola ekonomi masyarakat merupakan tantangan nyata yang harus dijawab organisasi. NU harus hadir bukan hanya sebagai penjaga tradisi, tetapi juga agen perubahan yang relevan dengan zaman.
Program Digitalisasi dan Peningkatan SDM NU
Salah satu topik penting yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut adalah percepatan modernisasi organisasi melalui digitalisasi dan penguatan sumber daya manusia. NU menilai bahwa era digital harus dimanfaatkan untuk memperluas dakwah, pendidikan, dan pelayanan sosial kepada masyarakat.
Setiap PWNU didorong untuk meningkatkan kemampuan kader, baik dalam literasi teknologi, manajemen organisasi, hingga pengembangan pendidikan keagamaan modern. Menurut Gus Yahya, hanya dengan SDM unggul NU akan mampu memimpin perubahan, bukan sekadar mengikuti arus.
Penguatan Peran NU dalam Pendidikan dan Ekonomi
Dalam forum itu, sejumlah Ketua PWNU menyampaikan laporan perkembangan di daerah masing-masing. Banyak yang menekankan pentingnya penguatan sektor pendidikan, termasuk madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi NU yang kini terus berkembang.
Selain itu, isu ekonomi umat juga menjadi fokus serius. NU menilai bahwa ketimpangan ekonomi masih menjadi persoalan besar di banyak wilayah. Karena itu, PBNU mendorong pengembangan koperasi, ekonomi digital, dan program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kemandirian ekonomi warga NU.
Penguatan Moderasi Beragama
Sebagai organisasi keagamaan yang memiliki sejarah panjang dalam menjaga toleransi dan persatuan bangsa, NU menilai bahwa moderasi beragama harus terus diperkuat. Gus Yahya menegaskan bahwa NU memiliki tanggung jawab moral untuk terus menjaga keutuhan NKRI dan menjaga hubungan harmonis antar umat beragama.
Dalam forum itu, para pengurus wilayah diminta untuk menghidupkan kembali pengajian, dialog lintas komunitas, dan gerakan sosial yang menebarkan kedamaian. NU ingin memastikan bahwa generasi muda tetap memahami ajaran Islam ramah yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Antisipasi Tahun Politik dan Dinamika Nasional
Pertemuan ini juga melihat situasi politik dan dinamika nasional yang tengah berkembang. Meski NU selalu menegaskan bahwa dirinya bukan organisasi politik praktis, namun Gus Yahya menyadari bahwa NU memiliki jamaah besar yang tidak boleh terpecah oleh kepentingan politik sesaat.
Ia mengingatkan bahwa para pengurus wilayah harus memastikan NU tetap menjaga independensi moral dan menjadi kekuatan penyeimbang. Fokus NU bukan perebutan kekuasaan, tetapi memastikan umat mendapatkan kepastian hidup yang damai, adil, serta memiliki masa depan yang lebih baik.
Surabaya Dipilih Sebagai Simbol Gerakan Besar NU
Surabaya menjadi tempat yang dipilih bukan tanpa alasan. Kota ini adalah salah satu pusat pergerakan NU sejak masa awal, serta menjadi simbol keberanian dan perjuangan rakyat Indonesia. Selain itu, Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah warga NU terbesar serta memiliki jaringan pendidikan dan pesantren yang kuat.
Pemilihan lokasi ini sekaligus menjadi penghormatan atas kontribusi besar ulama Jawa Timur terhadap perkembangan NU dari masa ke masa.
Pesan Penutup Gus Yahya kepada Para Pengurus
Menutup pertemuan, Gus Yahya mengingatkan bahwa NU harus mampu membawa manfaat sebesar-besarnya bagi umat dan bangsa. Ia menegaskan bahwa konsolidasi ini bukan akhir, tetapi langkah awal untuk gerakan besar NU dalam beberapa tahun ke depan.
Para pengurus wilayah juga diminta untuk segera menindaklanjuti arahan dan menyusun rencana kerja konkret di daerah masing-masing. Gus Yahya berharap PWNU dapat menjadi pilar kuat yang menjaga kesatuan dan memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan sosial, pendidikan, ekonomi, serta peradaban nasional.
Pertemuan Ketua PWNU se-Indonesia di Surabaya menunjukkan keseriusan PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya dalam memperkuat arah organisasi. Dengan fokus pada penguatan SDM, modernisasi organisasi, ekonomi umat, dan moderasi beragama, NU ingin tetap relevan dan menjadi kekuatan penting dalam perubahan sosial nasional.
Konsolidasi besar ini juga menegaskan bahwa NU siap menghadapi tantangan baru zaman dan terus menjadi penjaga stabilitas bangsa sesuai amanah para ulama pendiri.
